Tuesday, October 15, 2013

KHUTBAH IDUL ADHA 1434 H



KHUTBAH IDUL ADHA 1434 H

DENGAN SEMANGAT BERKURBAN KITA TINGKATKAN KETAKWAAN DAN KEPEDULIAN SOSIAL DEMI MEWUJUDKAN BANGSA YANG ADIL, MAKMUR DAN BERADAB[1]

Oleh Bambang Suryadi

Hadirin jamaah shalat idul adha yg dimuliakan Allah

Pertama-tama dan utama sekali, marilah kita bersyukur ke hadirat Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberika nikmat iman dan Islam serta kesehatan kepada kita semua, sehingga kita bisa menunaikan shalat idul adha di mushalla Arrahman ini.

Salahsatu nikmat yang wajib kita syukuri adalah kenyataan bahwa tanah di depan mushalla ini, dengan luas 354 m2, telah berhasil dibeli oleh Panitia Pembangunan Masjid Baiturrahman.  Atas nama panitia, kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang sudah berpartisipasi. Semoga pada masa yang akan datang, kita bisa menunaikan shalat idul adha atau idul fitri, di masjid yang baru. Amin.

Selanjutnya, Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Miuhammad saw, beserta keluarga dan pengikut-pengikutnya.

Allahu Akbar 3x walillahil hamdu

Hadirin Jamaah shalat idul adha yang dimuliakan Allah

Pada kesempatan ini, khatib ingin berbagi sebuah tema:

Dengan Semangat Berkurban Kita Tingkatkan Ketakwaan Dan Kepedulian Sosial Demi Mewujudkan Bangsa Yang Adil, Makmur Dan Beradab.


Dalam konteks ini ada tiga hal yg akan khatib uraikan, yaitu Esensi Haji, Semangat Berkurban, dan Pilar peradaban Bangsa.


1. ESENSI HAJI


Ibadah haji memiliki banyak makna. Terggantung kepada kita bagaimana dan dari sudut pandang apa memaknai ibadah tersebut.

Bagi Ummat Islam, Haji sekurang-kurangnya  memiliki dua dimensi, yaitu dimensi batin/spiritual  dan dimensi fisik/matarial.

Ihram secara fisik memakai dua helai kain putih tetapi secara batin berarti melepas baju kebohongan, kedengkian, dendam, akhlak buruk, sikap amarah, keserakahan, dan kesombongan.

Tawaf secara fisik mengelilingi ka'bah 7 kali. Tetapi secara batin mengejar dan mendekatkan diri kepada Allah. Hudhurul qalbi: menghadirkan hati kepada Allah.

Sai secara fisik berarti lari-lari kecil antara Shafa dan marwah sebanyak tujuh kali, tetapi secara batin. Manyatukan dua perasaan, yaitu rasa takut dan harapan (alkhauf wa raja).Takut atas adzab Allah dan berharap atas rahmat Allah.

Ibadah haji juga menunjukkan persatuan dan kekuatan ummat Islam di dunia.  
Saat ini sekitar tiga  juta ummat Islam dari seluruh penjuru dunia berkumpul di tanah suci.

Kemarin, tanggal 9 Dzulhijah,  mereka melakukan wukuf di padang Arafah. Sementara kita yang tidak menunaikan ibadah haji, kemarin berpuasa sunah Arafah.

Semenjak keberangkatan jamaah haji dari tanah air ke tanah suci, mereka selalu mengumandangkan bacaan talbiyah yang menggetarkan jiwa setiap insan yg mengucapkan dan mendengarkannya.

Labbaika Allahumma labbaik….

Bagi sebagian orang wukuf di Arafah terkesan menunggu waktu, yaitu dari waktu dhuhur sampai maghrib.Namun sebenarnya tidak demikian. Wukuf di Arafah merupakan puncak dari seluruh rangkaian haji. Esensi haji adalah wikuf di Arafah (alhaj Arafah). Karena pada saat itulah seluruh malaikat di arsy, waliyullah, ruh para Nabi, nabi Khidir, Nabi Ilyas turun ke Arafah. Untuk memberi doa kepada para jamaah.

Dengan memakai pakaian ihram, warna putih, mereka bertahan di bawah terik matahari sambil berdoa, dzikir, baca quran untuk meminta ampunan dan rahmat dari Allah.

Mereka menanggalkan status sosial masing-masing. Status sosial sebagai pejabat ditinggalkan. Status sebagai kepala daerah ditinggalkan. Status sebagai anggota dewan juga ditinggalkan. Bahkan status sebagai tukang parkir pun ditinggalkan. Status mereka hanya satu yaitu "dhuyufurrahman", "hamba-bamha Allah" Pakaian putih tersebut juga mengingatkan kita bahwa akhir dr kehidupan ini adalah kematian. Kematian berarti kembali kepada Allah. Ketika mati tidak ada yg dibawa kecuali kain kafan dan amal.

Hari ini, jamaah haji sedang berada di Mina untuk melempar jumrah selama hari tasyrik. Kita doakan semoga Allah memberikan kekuatan dan kesehatan sehingga saudara-saudara kita yang berada di tanah suci dapat menyempurnakan seluruh rangkaian manasik haji dengan sempurna dan kembali ke tanah air dengan selamat  dengan status HAJI MABRUR.  Kita yang berada di tanah air, dan belum menunaikan ibadah haji, semoga bisa mendapat kesempatan  pergi ke tanah suci.  Amin.







2. SEMANGAT BERKORBAN

Pagi hari ini kita baru saja menunaikan shalat idul adha. Seusai shalat kita akan melakukan penyembilihan hewan kurban.

Berkurban merupakan salah satu syariat agama Islam. Perintah berkurban diberikan kepada nabi Ibrahim dan putranya Ismail.

(Ayat Quran tidak ditulis)

Maka tatkala anak itu sampai pada umur sanggup, berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Hai anakku, sesungguhny aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu. Ismail menjawab, “Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (Q. S. Asshafat, ayat 102).

Allah juga berfirma dalam surat Al-katsar ayat 1-3, yang artinya:

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.

Dari ayat ini sangat jelas, bahwa Ibrahim yang sudah lama menanti kehadiran seorang putra, saat putranya menginjak dewasa diuji dengan diperintahkan untuk menyembelih anaknya sendiri. Ismail sebagai anak remaja taat dengan perintah Allah dan menerimanya dengan sabar.

"Saya tidak tahu, jika ada bapak/ibu yg memiliki anak tunggal, kemudian disuruh menyembelih  anaknya sendiri, bisa menerima atau tidak. Jangankan disuruh menyembelih, saat anak kita belum pulang ke rumah dari sekolah kita sdh cemas. Padahal sang anak tidak bisa mengabari krn tidak ada pulsa."

Mari kita bersama-sama memaknai nilai-nilai berkurban yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail. Pertanyaannya adalah:  Apa nilai-nilai atau lesson learned  dari kisah Ibrahim dan Ismail tersebut?

  1. Figur nabi Ibrahim, perlu kita jadikan teladan dalam hidup sehari-hari. Dari sekian nabi, setelah nabi Muhammad, nabi yang selalu kita sebut dalam shalat adalah nabi Ibrahim.
  2. Dengan memahami figur  Ibrahim, maka setiap individu dari kita –ummat Islam—adalah “IBRAHIM” dan setiap Ibrahim pasti memiliki “ISMAIL”.
Ismail kita mungkin “HARTA” kita dalam bentuk rumah megah atau kendaraan mewah.  Ismail kita mungkin “JABATAN”, mulai perangkat desa sampai pemimpin negara.  Ismail kita mungkin “GELAR” yang kita miliki. Ismail kita  mungkin ISTRI  atau SUAMI kita, mungkin juga “ANAK-ANAK” kita. Ismail kita mungkin “CUCU-CUCU” kita.
Singkatnya,  Ismail kita adalah sesuatu yang kita “sayangi” dan kita “pertahankan” di dunia ini.
Kalau Allah meminta, serahkan dan kurbankan  ISMAIL kita kepada ALLAH semata.

  1. Figur Ibrahim memiliki semangat PERJUANGAN dan PENGORBANAN. Karena hidup ini adalah perjuangan.  Yaitu perjuangan untuk menegakkan kebenaran di atas muka bumi ini. Sebuah perjuangan mutlak memerlukan pengorbanan.  Apa yang kita kurbankan? BONDO, BAHU, PIKIR, lek perlu sak NYAWANE pisan. Demikian wisdom dalam bahasa Jawa yang artinya kita berkurban dengan harta, tenaga, pikiran, bahkan jika diperlukan dengan nyawa sekalian. Berjasalah tetapi jangan merasa berjasa. Jangan bertanya apa yang bisa kita terima, tetapi bertanyalah apa yang bisa kita berikan.

Dalam konteks ini, meskipun tanah di depan mushalla ini sudah kita bebaskan, dan ini semua dengan uang ummat,  perjuangan dan perjalanan kita untuk memiliki sebuah masjid masih  panjang.Karena itu, kita masih memerlukan uluran tangan dari jamaah semua.

  1. Dari perspektif  psikologis, dengan meneladani figur Ibrahim berarti kita perlu membersihkan diri dari sifat egois yang ada dalam diri kita. Sifat egois lebih banyak memberikan mudharat daripada manfaat.  Kegagalan sebuah organisasi, lembaga, bahkan bangsa sekalian, salah satunya disebabkan oleh sifat egoisnya para penguasanya. Egois untuk mementingkan kepentingan diri dan keluarganya. Egois untuk mendapatkan keuntungan pribadi, egois untuk  menumpuk kekayaan dan sebagainya. Akibatnya, hancur lebur lah eksistensi sebuah lembaga atau bangsa.

Jika Ibrahim mendahulukan sifat ego-nya, dan jika Ismail juga mempertahankan sifat ego-nya, maka tidak akan terjadi perintah berkurban. Akan tetapi, Ibrahim dan Ismail, sama-sama memahami dan menerima perintah Allah dengan Ikhlas, maka hilanglah sifat ego tersebut.


Hadirin Jamaah Shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah


3. PILAR PERADABAN BANGSA

Memperthatikan dan mengikuti perkembangan politik, sosial, ekonomi, dan budaya di Indonesia akhir-akhir ini, sedih rasanya. Pada saat negara kita menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), dan pada saat ummat Islam pergi ke tanah suci, kita dikejutkan dengan kasus suap yang melibatkan Ketua Mahkamah Konstitusi.

Meminjam istilah Syafii Maarif (Kompas, 4 Oktober 2013), Kondisi domestik negara sudah sangat bobrok dan rapuh, sebab PILAR KONSTITUSI ROBOH.

Dalam pandangan khatib, meskipun negara Indonesia secara fisik sudah merdeka sejak 68 tahun yg lalu, sebenarnya negara kita belum merdeka secara sosial, ekonomi, politik, dan budaya.
Secara sosial politik, lembaga pemerintahan kita tidak ada yg bersih dari korupsi. Indonesia sebagai negara maritim, tetapi garam masih impor. Indonesia sebagai negara agraris, tetapi ketahanan pangan kita semakin rapuh. Petai dan jengkol yang merupakan tanaman asli negara kita, harganya sempat melambung. Tahu tempe yang merupakan makanan khas Indonesia selama bertahun-tahun yang lalu, pernah hilang dari peredaran karena harga kedelai yang mahal dan masih diimpor. Padahal negara ini memiliki Fakultas Pertanian di perguruan tinggi negeri dan swasta dan memiliki sekian banyak ahli pertanian. Tetapi anehnya, mengurusi kedelai saja tidak berhasil.

Secara kultural, masyarakat kita masih memiliki sikap hidup konsumtif. Mereka bangga dng statusnya sebagai pemakai, bukan sebagai pencipta. Sekian juta rakyat kita menggunakan handphone, tetapi mereka hanya sebatas pengguna, bukan sebagai pencipta.

Banyak hal-hal yang sifatnya paradoks dalam negara kita.
Kita ambil contoh-contoh sebagai berikut:

Saat harga mobil mahal, orang ribut dan memberikan kritik bahwa mobil hanya untuk kaum elit. Saat ada mobil murah, orang ribut karena akan menambah kemacetan dan polusi.

Pejabat yang mestinya melayani rakyat, malah minta dilayani. Pejabat yg mesti berkorban untuk rakyat, malah mengorupsi uang rakyat.

Pejabat yang mestinya menjadi teladan dan panutan, malah menjadi pelaku kriminal.

Tertangkapnya Ketua Mahkamah Konstitusi dalam kasus korupsi merupakan tamparan yg menurunkan wibawa pemerintah, wibawa hukum, dan masyarakat semakin tidak percaya pada produk reformasi (Kutipan dari Komaruddin Hidayat).

Sangat merusak citra Indonesia di mata internasional, sebab bersamaan dng pelaksanaan KTT Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC). Bagaimana tidak, MK sebagai benteng terakhior penjaga konstitusi terkesan mudah dibeli.

Akan menjadi apa negeri ini jika pemimpin kita memiliki mental koruptor? Akan mebjadi apa negeri ini jika penegak hukum malah menerima suap miliaran rupiah dan hidup serba mewah. Sementara ada rakyat yg tidak makan.

Saat ini kita sudah kehilangan figur Ibrahim.
Kita sudah kehilangan figur Ismail. Sebaliknya,  saat ini kaya dengan figur koruptor.

Para pimpinan kita tak sanggup menahan godaan uang haram dengan menggadaikan integritas dan moralitas mereka. Korupsi telah masuk ke seluruh sector  pemerintahan dan swasta. Ada pimpinan partai politik, petinggi Polisi, Hakim, Jaksan, ada anggota Dewan, ada menteri, Wakil Menteri, ada pejabat eselon satu dan dua, pengusaha dan seterusnya yang sudah ditangkap KPK. Siapa yang akan menyusul kemudian hari? Semoga tidak ada dari jamaah mushalla Arrahman ini yang berurusan dengan KPK.

Melalui momentun idul adha ini, mari kita sucikan hati dengan menanamkan  semangat berkorban. Semangat menolong. Semangat kebersamaan. Semangat toleransi. Semangat kekeluargaan. Semangat keharmonisan.

Ingat janji Allah:
Jika engkau menolong agama Alllah, maka Allah akan menolongmu dan menguatkan pendirianmu.

Bagaimana kita menolong Allah, padahal dia Maha Kaya. Maha agung? Maha segala galanya.

Kita menolong Allah, salah satunya adalah dengan membangun Rumah ibadah. Yaitu Masjid. Sebagaimana khatib sampaikan tadi, tanah di depan mushalla ini sdh mejadi miliki mushalla. Akan dibangun masjid Baiturrahman. Panitia sudah berhasil menghimpun dana untuk pembebasan tanah. Tapi untuk proses pembangunan masih perlu uluran tangan dari jamaah.

Berkorban dari sekarang. Jgn ditunda-tunda. Kita tidak tahu ajal akan memenuhi kita. Saat ini merupakan saat yang tepat untuk membangun rumah di surga, melalui pembangunan masjid Baiturrahman.

Bagi bapak/ibu, adik-adik yang selama ini sudah memberikan infak, sadaqah, dan hibah, jangan berhenti di situ saja. Semakin banyak kita memberi,semakin banyak kita menerima.
Mulailah dengan memberi,jika ingin menerima.

Ingat, Dua hal yang tidak boleh puas adalah ibadah dan sedekah.


KHUTBAH KEDUA

Allah Akbar 7x


Hadirin jamaah shalat idul adha yang dimuliakan Allah

Pesan moral dari khutbah kali ini adalah:

Pertama, dengan memaknai esensi haji dan  semangat berkurban, mari kita tinglatkan ketakwaan dan kepedulian sosial demi mewujudkan bangsa yang adil, makmur, dan beradab. Ketakwaan, kepedulian sosial, keadilan, kemaklmuran, dan peradaban bangsa tidak akan terwujud tanpa ada semangat berkurban.

Mari dengan spirit berjuang dab berkurban, kita tingkatkan makna kehidupan yg kita jalani di dunia ini demi menggapai kehidupan yg hakiki di akhirat nanti.

Kedua, bagi orang tua, jadilah figur sebagai Ibrahim. Selalu taat kepada perintah Allah dan menjauhi larangannya. Sedia berkorban demi menjunjung tinggi ajaran Islam. Figur yang bekerja dengan tulus. Figur yang mendahulukan kepentingan ummat atas kepentingan pribadi. Figur yang tidak mudah tergiur dengan uang dan harta benda.

Bagi para remaja dan adik-adik, jadilah figur sebagai Ismail. Yg selalu taat kepada perintah Allah. Taat kepada orang tua, dan sabar setiap saat untuk mencapai takwa.

Dengan takwa yang kaya akan menderma. Dengan takwa yang miskin akan berdoa. Dengan takwa yang sehat akan bersyukur. Dengan takwa yang sakit sakan bersabar.

Dengan takwa yang pandai akan menularkan ilmunya. Dengan takwa yang kurang pandai akan terus belajar.

Dengan takwa orang akan bersikap adil.Dengan takwa orang akan bersikap jujur. Dengan takwa orang akan mencintai sesama.  Dengan takwa orang akan saling memaafkan.

Dengan takwa pejabat akan melayani rakyat. Dengan takwa rakyat akan taat hukum. Dengan takwa yang tua akan menyayangi yang muda. Dengan takwa yang muda akan menghormati yang tua.

Dengan takwa korupsi akan hilang. Tanpa takwa korupsi merajalela. Dengan takwa toleransi menjadi jati diri. Tanpa takwa diskriminasi menjadi tradisi.

Selanjutnya, mari kita berdoa untuk keselamatan dan kebaikan kita di dunia dan akhirat.
(Doa tidak ditulis)

Wassalamu’alaikum wr. Wb.




[1] Disampaikan di Mushalla Arrahman Pisangan Ciputat Timur pada hari Selasa, 15 Oktober 2013.

No comments:

Post a Comment